blog counter tanda -tanda orang terkena stres berat dan panic attack - HIPNOTERAPI SURABAYA 081234 000 985 SUPER CEPAT

tanda -tanda orang terkena stres berat dan panic attack

Jangan Anggap Remeh , stres yang diawali dengan hal-hal kecil . Jika sedang mengalami sesuatu yang berat dalam hidup, secara perlahan tapi pasti Anda akan mengalami depresi

 

Setiap orang pasti pernah meledak marah setidaknya sekali seumur hidup. Mungkin karena kesal terjebak macet atau karena ketinggalan kereta sehingga Anda telat masuk kantor. Namun kadang, beberapa orang lebih mudah marah tanpa ada penyebab yang jelas. Suka marah-marah tidak keruan juntrungannya bisa ikut merusak mood orang-orang di sekitar Anda. Padahal, yang namanya ada asap pasti ada api. Maka dari itu, kenali berbagai hal yang mungkin jadi penyebab kenapa Anda belakangan ini mudah tersulut supaya Anda bisa segera mencari cara untuk mengatasinya.

Berbagai hal yang tanpa disadari bikin Anda mudah marah

  1. Kurang tidur

Bukan hal aneh lagi jika kurang tidur bikin seseorang gampang emosian. Kurang tidur dapat menyebabkan kewaspadaan dan konsentrasi otak menurun. Maka tak heran jika setelah berjam-jam tidak tidur Anda jadi suka bingung sendiri, sulit berpikir jernih, sulit mengingat, hingga sulit untuk menerima informasi baru. Alhasil, produktivitas Anda merosot tajam yang bisa berujung pada stres. Stres akibat tuntutan pekerjaan ditambah dengan efek kurang tidur bisa membuat Anda meledak bagai bom waktu.

Hal ini diperkuat dengan penelitian dari University of Pennsylvania yang melaporkan bahwa orang-orang yang hanya tidur 4,5 jam setiap malam selama seminggu penuh lebih mudah marah, sedih, stres, dan penat. Ketika mereka diminta tidur selama 7-8 jam, tampak mood mereka lebih baik dan stabil daripada hari-hari sebelumnya.

  1. Depresi

Selain menyebabkan rasa putus asa dan nelangsa serta kehilangan minat pada hal-hal yang biasanya Anda sukai, depresi juga bisa menyebabkan seseorang mudah marah. Bahkan kadang, orang yang depresi bisa merespon suatu hal dengan perilaku atau ucapan kasar. Depresi juga mungkin membuat seseorang melakukan hal berisiko, contohnya seperti menyetir ugal-ugalan dengan kecepatan tinggi.

Depresi tidak boleh disepelekan. Jika belakangan ini Anda sering marah-marah tapi merasa sangat lelah dan tidak berenergi untuk beraktivitas, juga selalu merasa murung , sebaiknya konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan diagnosis dan perawatan yang tepat.

  1. Gangguan cemas

Julie de Azevedo Hanks, Ph.D, LCSW, seorang terapis keluarga di Amerika, mengatakan bahwa gangguan kecemasan atau cemas berlebihan bisa membuat seseorang kesulitan mengatur emosinya.

Orang-orang yang cemas cenderung berpandangan negatif terhadap sesuatu, padahal sebenarnya hal tersebut belum terjadi bahkan berpotensi baik. Akibatnya, ketika muncul situasi yang cukup menantang atau ketika terpancing dengan kondisi yang tidak mengenakkan, mereka meluapkannya dengan kemarahan.

Sulitnya mengendalikan perasaan dan pikiran negatif ini akhirnya membuat seseorang menunjukkan emosinya dengan cara marah.

  1. Harapan tidak sesuai kenyataan

Dalam hidup, Anda pasti memiliki berbagai harapan dari mulai urusan sepele hingga jangka panjang. Namun ketika kenyataan yang terjadi tidak sesuai dengan harapan, misalnya hanya mendapat nilai B+ padahal berharap A atau berharap naik jabatan tapi ternyata tidak, hal ini bisa memicu ledakan emosi meledak pada sebagian orang.

Kendalikan amarah Anda agar hidup terasa lebih baik

Selain berbagai hal yang telah disebutkan, masih ada banyak hal yang bisa menjadi penyebab Anda mudah marah. Oleh karena itu, cobalah untuk menemukan faktor penyebabnya agar Anda bisa memutuskan langkah apa yang sebaiknya dilakukan untuk mengurangi kebiasaan mudah marah.

Selain itu, penting juga untuk mengendalikan kemarahan agar tidak semakin memuncak. Salah satu cara paling mudah ialah dengan menarik napas dalam-dalam dan mengeluarkannya secara perlahan. Lakukan teknik relaksasi ini hingga Anda merasa lebih baik.

Benarkah Depresi Bisa Diturunkan Melalui Gen Keluarga

Ada berbagai penyebab depresi yang bisa dengan mudah menyerang seseorang. Mulai dari mengalami peristiwa yang traumatis, konsumsi obat-obatan yang berlebihan, hingga karena mengidap penyakit kronis yang serius. Namun di samping itu, banyak penelitian yang mengaitkan penyebab depresi dengan faktor keturunan. Benarkah demikian?

Benarkah faktor keturunan bisa menjadi penyebab depresi ?

Shizhong Han, Ph.D., seorang profesor psikiatri dan ilmu perilaku di Johns Hopkins Medicine berpendapat bahwa seseorang yang memiliki anggota keluarga dengan riwayat depresi punya kemungkinan sekitar 20-30 persen untuk ikut mengalami depresi.

Pernyataan tersebut diperkuat dengan adanya sebuah studi yang meneliti seberapa sering depresi yang dialami oleh anak kembar bisa saling memengaruhi satu sama lain. Hasilnya menunjukkan bahwa sepasang anak kembar yang tidak identik, cenderung mengalami depresi berat pada tingkat 20 persen. Sedangkan pada sepasang anak kembar identik, yang memiliki jenis gen sangat mirip, mengalami depresi pada tingkat yang lebih tinggi, yaitu hingga 50 persen.

Kondisi ini diyakini karena efek melihat perilaku anggota keluarganya yang menderita depresi. Seperti dilansir dari Healthline, ketika seseorang memerhatikan tingkah laku anggota keluarganya yang depresi, maka tanpa sadar ia juga akan lebih rentan untuk mengalami depresi karena seolah-olah seperti merasakan hal yang sama

.

Sebenarnya, bagaimana pengaruh depresi terhadap gen ?

Selanjutnya, mungkin Anda akan bertanya-tanya, bagaimana caranya depresi bisa memengaruhi gen dalam suatu keluarga. Padahal, selama ini diketahui bahwa depresi hanya dirasakan oleh masing-masing orang saja alias tidak bisa menular.

Begini, adanya interaksi yang dilakukan oleh anggota keluarga yang mengalami depresi dengan yang tidak, akan membuat orang yang tidak depresi menjadi lebih “peka” terhadap berbagai hal pemicu stres di lingkungannya. Itu sebabnya, ketika seseorang lebih rentan mengalami stres, akhirnya ia juga akan lebih mudah untuk mengembangkan depresi.

Uniknya lagi, Michael J. Meaney, Ph.D., dari McGill University mencoba menelusuri mekanisme depresi yang berasal keturunan dan lingkungan seseorang. Penelitian ini masuk ke dalam bidang epigenetika, yakni studi tentang proses di mana lingkungan atau eksternal mampu mengaktifkan dan menonaktifkan gen, tanpa mengubah struktur gen dalam DNA.

Menurut Michael, ada bagian dari otak seseorang yang peka terhadap adanya perubahan yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Aktivitas di bagian otak inilah yang kemudian bisa memengaruhi perasaan seseorang hingga mengarahkannya pada depresi.

Selain keturunan, masih ada faktor lain yang jadi penyebab depresi

Meskipun faktor keturunan tampak memiliki pengaruh yang cukup besar, ternyata bukan inilah faktor terbesar penyebab depresi. Dr. Wade Berrettini, Ph.D., seorang dosen di Parelman School of Medicine University of Pennsylvania menerangkan bahwa untuk mengembangkan depresi Anda harus mewarisi puluhan variasi gen dari anggota keluarga yang memiliki depresi, serta setidaknya harus berada di lingkungan yang bisa memicu munculnya depresi.

Jadi, bisa dikatakan kalau genetika hanya menyumbang sekitar 40 persen sebagai penyebab depresi, sementara 60 persen sisanya berakar dari lingkungan dan gaya hidup Anda.

Mudahnya, berbagai situasi yang berhubungan dengan penyakit, kehilangan pekerjaan, kematian orang dicintai, tekanan dari rekan kerja, dan peristiwa lainnya bisa seketika mengubah suasana hati Anda, sehingga memicu peningkatan hormon stres, dan pada akhirnya berkembang menjadi depresi.

Selain itu, kebiasaan merokok dan minum minuman beralkohol juga bisa memengaruhi komponen gen di dalam tubuh, yang kemudian akan mengarah pada perubahan tertentu di otak. Akhirnya, proses ini akan memengaruhi suasana hati Anda, yang berujung pada serangan depresi.

 

PEDOMAN DIAGNOSTIK UNTUK SERANGAN PANIK (PANIC ATTACK)

GEJALA-GEJALA YANG BIASA TIMBUL PADA PANIC ATTACK ADALAH :

1.Sesak nafas

2.Pusing , perasaan melayang atau mau pingsan

3.Jantung berdebar-debar

4.Menggigil atau gemetar

5.Berkeringat

6.Rasa tercekik

7.Mual atau rasa gak enak diperut

8.Perasaan seakan-akan diri atau lingkungan berubah tidak realistis

9.Rasa ba’al atau kesemuten (parestesi )

10.Rasa aliran panas atau dingin ( hot or cold flushes )

11.Nyeri atau rasa gak enak di dada

12.Rasa takut mati

13.Rasa takut menjadi gila atau kuatir akan melakukan suatu tindakan secara tidak terkendali selama serangan.